FUPEI, jejaring sosial yang menawarkan komunitas nyata, kerap mengadakan "kopi darat".
Sudah tiga tahun ini Desi Arisani, 24 tahun, jarang mengklik Friendster. "Bukanya kalau ingat saja," ujar sekretaris di salah satu badan usaha milik negara itu.
Bukan karena tak lagi suka bergaul, melainkan lantaran Desi menemukan tempat nongkrong baru yang, menurut dia, lebih asyik ketimbang situs jejaring sosial populer itu. Namanya FUPEI.
Asyiknya, FUPEI menawarkan komunitas nyata melalui aktivitas "kopi darat" dan ajang kumpul-kumpul, berbeda dengan Friendster yang cenderung hanya untuk hubungan personal. "Minimal sekali dalam sebulan," ujar Desi tentang frekuensi kumpul-kumpul tersebut.
"Kopi darat" itu diikuti 20 hingga 50 anggota. Kegiatannya bisa menonton film bareng, sahur dan buka puasa bersama, atau bakti sosial. Keakraban seperti keluarga ini tak ditemui Desi pada jejaring sosial lain yang selama ini diikutinya, seperti di Friendster, Detik Forum, atau Forum Trans7.
FUPEI sendiri adalah situs jejaring sosial asli Indonesia. Kependekan dari Friends Unity Program Especially Indonesia, jejaring sosial ini diciptakan oleh Sanny Ghaddafi, 27 tahun, seorang programmer web.
Awalnya, Sanny hanya ingin menyalurkan hobinya membuat situs web. Waktu itu, era 2004, situs jejaring sosial masih hangat-hangatnya. Selama satu bulan Sanny bersama pacarnya, Marlinda Yumin, 24 tahun, mengembangkan situs ini. Linda--panggilan Marlinda--berperan sebagai perancang web sekaligus system analyst-nya.
Selama dua tahun, FUPEI menumpang hosting gratis di sMasterWeb. Ternyata, banyak pihak yang tertarik memsanag iklan di FUPEI, misalnya Indosat, Nokia, Blitz Megaplex, serta panitia Abang-None Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara-Kepulauan Seribu.
Seiring dengan bertambahnya anggota, dua tahun belakangan ini FUPEI menyewa hosting secara komersial. Sanny mengaku biaya operasional bulanan FUPEI sekitar Rp 8 juta. Itu sudah termasuk gaji untuk dua pegawainya.
Sebagai pendatang baru, FUPEI terbilang mampu bertahan. Menurut situs Alexa.com, peringkat lalu lintas FUPEI berada di posisi 67.430 dengan jumlah pengguna Internet yang mengunjungi situs ini setara dengan 0,00137 persen dari total pengguna Internet global. Sebanyak 92,6 persen adalah pengguna yang berasal dari Indonesia.
Sanny mengklaim jumlah anggota yang pernah mendaftar ke FUPEI sebanyak 70 ribu, tapi yang aktif, berdasarkan jajak pendapat terakhir, hanya 48 persen atau sekitar 33 ribu anggota. Dalam daftar anggota di halaman situsnya terpampang 29.240 anggota.
Sanny menambahkan, selain mengikat anggota dengan sebuah komunitas lewat SouthBox dan Chatroom, FUPEI menyediakan fasilitas-fasilitas menarik, seperti pengunggahan serta pengunduhan foto, musik, dan video seperti halnya situs YouTube. "FUPEI lain bisa memberi komentar," ujar bekas mahasiswa Universitas Bina Nusantara angkatan 1999 ini.
Selain itu, ujar Sanny, FUPEI menyediakan sarana blogspot dan fitur Open ID yang bisa dipakai untuk situs-situs web lainnya. Ada pula fasilitas Official Profile bagi yang ingin berpromosi lewat blog atau link FUPEI. Disediakan pula aplikasi game dalam bentuk flash, misalnya game klasik seperti Tetris, Pacman, dan Space Invader.
Rencana ke depan, FUPEI ingin lebih dekat dengan anggotanya melalui penggunaan bahasa daerah. Tidak hanya dalam versi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, dalam waktu dekat akan tersedia versi bahasa Jawa, lalu menyusul bahasa Padang, Betawi, dan Sunda. Para FuPIE-lah yang bergotong-royong menerjemahkan ke dalam berbagai bahasa daerah itu.
"Memang, berinternet akan menjadikan kita masyarakat internasional, tapi tidak ada salahnya menggali dan melestarikan budaya bangsa. Jadi kami mengawinkan sisi modern dengan tradisi," ujar Sanny.
Dalam menyambut ulang tahunnya yang keempat pada 11 Mei mendatang, FUPEI menggelar acara bazar dan gathering. Harapannya hanya satu: komunitas FUPEI tetap berkembang dengan membuat berbagai kegiatan "kopi darat". BADRIAH
Sumber: Koran Tempo, Jum’at, 09 Mei 2008
Rubrik: Suplemen