[caption id="attachment_374" align="alignleft" width="150" caption="Waladan Yoga"][/caption]
Banda Aceh – Tindakan represif aparat kepolisian saat membubarkan aksi Gerakan Mahasiswa Aceh (GMA) di Simpang Lima, Banda Aceh, Minggu (9/10) mendapat kecaman keras dari mahasiswa.
Sekretaris Jenderal Forum Bersama (Forbes) Mahasiswa Poros Leuser, Waladan Yoga, mengutuk tindakan represif tersebut dan menyebut polisi bukan pengayom masyarakat yang baik.
“Seharusnya polisi mengayomi masyarakat, bukan malah memukuli dan menangkap mahasiswa dengan cara yang tidak pantas,” tulis Waladan Yoga dalam rilis yang diterima Acehcorner.com, Senin (10/10).
Menurut Yoga, tindakan tersebut membuktikan lembaga kepolisian masih menutup ruang kebebasan berpendapat. Apa yang dilakukan polisi, katanya, bisa mencederai arti perdamaian yang tumbuh subur di Aceh.
“Polisi model begini tak layak hidup berdampingan dengan semangat demokrasi yang mulai tumbuh di era damai, mereka adalah polisi warisan masa lalu,” tulisnya.
Yoga menambahkan, apapun alasannya, polisi tak berhak membubarkan aksi damai mahasiswa. Apa yang dilakukan polisi, lanjutnya, bisa melukai perasaan masyarakat dan mencederai kebebasan berekspresi.
“Pihak kepolisian harus meminta maaf kepada masyarakat Aceh secara terbuka atas tindakan represifnya terhadap generasi muda Aceh,” pungkas Yoga seraya meminta agar aktivis GMA segera dibebaskan tanpa syarat. []
10 Oktober 2011
Mahasiswa Poros Leuser Kecam Polisi
✔
Taufik Al Mubarak
Published Senin, Oktober 10, 2011
Share This!
Artikel Terkait
Newsletter
Berlangganan artikel terbaru dari blog ini langsung via email