TEMPO 17-3-2000
TEMPO Interaktif, Jakarta: Pertemuan antara Pejabat Sekretaris Negara,
Bondan Gunawan, dan Panglima GAM (Gerakan Aceh Merdeka), Abdullah
Syafeii, mengundang beragam reaksi. Dari Swedia misalnya, Jumat (17/3)
malam ini terbetik kabar bahwa pimpinan Aceh Sumatra National
Liberation Front (ASNLF), Tgk Hasan Muhamad di Tiro, menyayangkan
terjadinya pertemuan itu karena Abdullah Syafeii dinilai tak punya
wewenang politik.
Kekhawatiran Hasan Tiro ini ditepis oleh seorang saksi mata dalam
pertemuan tersebut. Pasalnya, sejak awal, menurut sumber yang turut
hadir dalam pertemuan Bondan dan Panglima GAM itu, Abdullah Syafeii
menegaskan bahwa Bondan diterima sebagai sesama saudara muslim yang
bersilaturahmi di hari suci Islam (Idul Adha). "Bondan malah hampir
diusir ketika dia mengenalkan dirinya sebagai Sekretaris Negara," ujar
sumber itu lagi. Ketegangan mulai mencair ketika seorang anggota
rombongan menjelaskan kehadiran Bondan untuk bersilaturahmi.
"Secara pribadi, Bondan Gunawan bisa jadi sahabat saya," demikian kata
Tgk Abdullah Syafeii, seperti yang dikisahkan kembali oleh sumber itu.
Dalam pertemuan itu, Bondan mengucapkan syukur karena Abdullah Syafeii
ternyata sehat-sehat saja. "Soalnya, anda dikabarkan tertembak dan
luka parah," kata Bondan kepada panglima GAM yang terkenal loyal
kepada Hasan Tiro itu. Abdullah Syafeii, menurut sumber itu, hanya
tersenyum. Ia menjawab: "Itu bukti intel TNI tak beres kerjanya," kata
Panglima AGAM yang telah 23 tahun berjuang sebagai gerilyawan.
Berbeda dengan sikap Hasan Tiro, sambutan positif terhadap pertemuan
antara Bondan dan Abdullah Syafeii mengalir dari aktivis HAM, Otto
Syamsuddin Ishak, yang menilainya sebagai langkah awal ke arah
perundingan penyelesaian Aceh. "Walaupun itu bukan pertemuan politik,
tapi kita bisa melihat kalau GAM bukanlah kelompok separatis yang buta
dan tuli," kata ketua Yayasan Cordova, Banda-aceh itu.
Itu sebabnya Otto yakin pertemuan antara Bondan dan Abdullah Syafeii
itu menunjukkan adanya sisi-sisi manusiawi yang bisa menjadi titik
tolak dialog. Apalagi sejumlah badan internasional turut mendukung
adanya dialog antara GAM dan pemerintah Indonesia. Misalnya, sambung
Otto, seperti yang digagas oleh Henry Dunant Foundation, sebuah
lembaga kemanusiaan yang berbasis di Jenewa, Swiss, yang berusaha
mempertemukan Gus Dur dan Hasan Tiro. "Saya kira, kedua belah pihak
telah menerima proposal perbincangan damai yang ditawarkan oleh Henry
Dunant Foundation," ujar Otto.
Sementara itu, menanggapi pertemuan antara Bondan dan Abdullah
Syafeii, seorang sumber TEMPO Interaktif yang turut hadir di acara
tersebut menuturkan bahwa dialog yang terjadi antara dua tokoh ini
lebih bersifat pribadi bukan politis. Sumber ini menegaskan pula bahwa
kehadiran Bondan Gunawan di basis gerilyawan tersebut adalah sebagai
pribadi dan bukan mewakili negara.
Seperti ramai diberitakan oleh beberapa media, Bondan melakukan
pertemuan dengan Tgk Abdullah Syafeii di sebuah desa pada Kecamatan
Glumpang Tiga, Kabupaten Pidie, tepat pada hari raya Idul Adha
kemarin. Sumber itu kembali menegaskan, pada pertemuan itu Tgk
Abdullah Syafeii tak berubah pendirian politiknya bahwa Aceh harus
bebas dari apa yang disebutnya sebagai 'kolonialisme Indonesia-Jawa'.
"Tgk Abdullah Syafeii menganggap bahwa ia tak punya wewenang politik
untuk memutuskan kebijakan perundingan dengan Republik Indonesia,"
ujar sumber itu lagi.
Kenyataan ini sekaligus menepis tudingan bahwa pada pertemuan kemarin
seolah-olah jalan ke arah perundingan mulai terbuka. "Tak benar kalau
dalam pertemuan itu GAM menginginkan Aceh menjadi negara federal.
Mereka tetap ingin merdeka," kata sumber itu lagi. Pertemuan itu
sendiri, menurut sumber TEMPO Interaktif tersebut, pada awalnya sempat
tegang dan terancam batal. "Banyak pihak yang tidak ingin pertemuan
itu terjadi," ujar sumber itu lagi. Dikisahkannya, mereka telah hadir
di kawasan Pidie sehari sebelumnya. "Tapi situasi keamanan agak sulit,
rombongan kami diintai terus oleh orang-orang tak dikenal," ujar
sumber itu. Karena situasi kemanan yang tak menentu, Bondan Gunawan
lalu melakukan kontak telepon ke Jakarta. "Kami tak tahu siapa yang
dikontak oleh Mas Bondan, tapi yang jelas setelah itu para pengintai
tak lagi terlihat," kata sumber itu lagi.
Ia juga mengisahkan, rencana pertemuan itu sebenarnya rahasia, tapi
tercium juga oleh aparat keamanan. "Sebelum masuk ke basis GAM, Bondan
akhirnya bertemu lebih dulu dengan Kolonel Gunarso dari Brigade Mobil,
serta Kapolres Pidie," ujar sumber itu lagi. Setelah pertemuan dengan
aparat keamanan setempat, situasi pengintaian terhadap mereka pun
mulai mencair. "Tempat kami menginap sebelum masuk ke Glumpang Tiga
malah dikawal oleh sejumlah personil Gegana," sambungnya. (Nezar)
14 Mei 2010
Hasan Tiro Menyesalkan Pertemuan Panglima GAM dan Bondan
✔
Taufik Al Mubarak
Published Jumat, Mei 14, 2010
Share This!
Artikel Terkait
Newsletter
Berlangganan artikel terbaru dari blog ini langsung via email