*Nelayan Peureulak Takut Melaut
Peureulak--Akibat letusan senjata api dari sebuh kapal yang sedang melakukan survey sesmik migas di lepas pantai Aceh, Jumat (16/12) malam, para nelayan di Kuala Bugak, Peureulak, Aceh Timur, kini takut melaut. Mereka lebih memilih kembali ke darat karena mengaku trauma. Nelayan meminta perusahaan sesmik yang menggunakan kapal survey MV Pacific Explorer untuk tidak melalukan tindakan sewenang- wenang sehingga perekonomian masyarakat ikut terganggu.
Puluhan nelayan Kuala Bugak kepada AcehCorner.Com, Sabtu (17/12) di Kuala Bugak mengatakan, kapal nelayan KM Rahmat, pada Kamis (15/12) sore, pergi melaut di lepas pantai Aceh Timur di kawasan perairan Peureulak. Tiba- tiba KM Rahmat didekati oleh kapal yang mengaku sedang melakukan sesmik. Pihak kapal sesmik meminta ABK KM Rahmat untuk tidak mendekati lokasi sesmik tersebut. “Lalu mereka pergi lagi. Sedangkan pada malam hari kami melempar jangkar dan melabuh pukat,” ujarnya.
Dikatakan para nelayan, saat melabuhkan pukat kapal sesmik datang lagi dan kembali meminta ABK KM Rahmat untuk menarik pukat. Karena itu, ABK KM Rahmat akhirnya pulang ke darat. Namun, keesokan harinya, Jumat (16/12) sore, 4 unit boat dari Kuala Bugak kembali melaut, yakni KM Rahmat, KM Ulee Keude, KM Hikmat, dan KM Tunas Baru, dan sejumlah boat jaring nelon lainnya.
Dikatakan, setelah tembakan dilepaskan, pihaknya kapal sesmik meminta nelayan untuk mendekat dan sempat memberikan selebaran yang bergambar kapal sesmik. Di mana dalam selebaran yang turut diperoleh AcehCorner.Com disebutkan, kapal survey MV Pacific Eksplorer sedang melakukan survey di perairan Aceh. Kapal Pasific Eksplorer sedang menarik kabel stremer yang bertegangan tinggi dengan panjang kabel 4 mil, di ujung ditandai dengan bui yang ada lampunya.
Dalam selebaran juga dimohon agar menjauhi kapal survey dengan jarak 4 mil di belakang kapal survey, 3 mil di sebelah kanan dan kiri kapal survey serta 3 mil di depan kapal survey, di karenakan bisa berbahaya bagi keselamatan anda. Di surat itu pihak sesmik juga mencantumkan gambar peta jarak yang harus dihindari oleh masyarakat nelayan.
Menurut

Panglima menyebutkan, silakan saja pihak perusahaan melakukan survey migas di lepas pantai Aceh Timur asalkan kegiatan nelayan tidak menganggu. “Atau kita mengharapkan adanya ganti rugi waktu kepada nelayan karena tidak bisa melaut seperti saat ini, “ demikian Panglima laot Kuala Bugak.[]