Kulala Lumpur - Pemerintah Aceh dibawah kepemimpinan Dr.Zaini Abdullah dan Muzakkir Manaf merupakan harapan baru Rakyat Aceh dan perlu membangun komunikasi dan kerjasama yang lebih intensif dan positif dengan pemerintah Malaysia dalam bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Demikian salah satu rekomendasi Konggres Tanoh Rincong Student Association (TARSA) Malaysia pada Sabtu, 5 Mei 2012 di Auditorium kampus International Islamic University Malaysia (IIUM).
Malaysia memiliki tokoh pembangunan seperti Dr. Mahathir Muhammad dan Tan Sri Sanusi Junid yang telah sukses membawa Malaysia sebagai Negara Muslim kearah yang lebih maju dan disegani di Asia Tenggara. Dengan pengalamannya tersebut, tokoh ini mempunyai hubungan kuat dengan Negara-negara Islam di Timur Tengah dan Asia Tenggara yang patut dipelajari dan dekati untuk menarik minat dana-dana investasi dari Negara Islam di Timur Tengah.
"Pemerintah Malaysia sekarang dalam amatan kami masih sangat kuat dipengaruhi oleh peran Dr. Mahathir dan Tan Sri Sanusi Junid yang merupakan putra Asli Aceh,” ungkap Presiden Terpilih Tanoh Rincong Student Association (TARSA), Muammar Khadafi pada Aceh Corner, Senin 7 Mei 2012.
Menurutnya, TARSA akan berperan menjalin kerjasama dengan tokoh-tokoh masayarakat Aceh di Malaysia dan juga mendukung serta mengawal kebijakan Pemerintah Aceh sesuai MoU Helsinki, dan UU Negara RI.
Dalam hal ini TARSA melihat kondisi yang berkembang di masyarakat Aceh masih ada kesenjangan yang lebar secara ekonomi, social yang telah menyebabkan menurunnya nilai-nilai spiritual dan akar budaya Aceh.
"Untuk itu kami sebagai organisasi Mahasiswa Aceh di Malaysia meminta Pemerintah Aceh untuk tetap meneruskan kebijakan pembangunan dengan peningkatan pendidikan, kesehatan, ekonomi rakyat Aceh secara transparan dan akuntable,” lanjutnya.
Dalam bidang ekonomi, kata Muammar, pemerintah hendaknya dapat menghidupkan lembaga keuangan mikro Islami di seluruh Aceh, disamping membangun infrastruktur lainnya. Hal ini, diutarakan Muammar guna mengurangi investasi bidang pertambangan dan meningkatkan investasi pertanian, perikanan, parawisata serta lainnya.
“Disinilah letak salah satu urgensinya membangun hubungan dengan Pemirintah Malaysia.”
Dalam Konggres X yang dibuka secara resmi oleh penasehat TARSA Dr. Hafas Furqani dan turut mengundang mahasiswa Aceh di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) Bangi, Universitas Malaya (UM) Petaling Jaya, Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Tanjung Malim, Perak dan sejumlah tokoh Aceh di Malaysia itu, juga merekomendasikan serta mendesak pemerintah Aceh agar tetap memperioritaskan pendidikan sebagai peningkatan mutu SDM Aceh untuk memberikan beasiswa kepada mahasiswa Aceh, yang sedang melanjutkan pendidikan di Malaysia dalam berbagai disiplin Ilmu tidak hanya dibidang Agama.
“Kami melihat pengiriman mahasiswa Aceh untuk belajar ekonomi, psychology, pendidikan ke Amerika, Taiwan, Australia kurang efektif dan tidak membumi. Perlu dipikirkan pengembangan ekonomi, pendidikan, psykologi yang berbasis Islam di Aceh dengan mengirim lebih banyak putra Aceh ke Kampus International Islamic University Malaysia (IIUM),” pungkasnya.[]
Demikian salah satu rekomendasi Konggres Tanoh Rincong Student Association (TARSA) Malaysia pada Sabtu, 5 Mei 2012 di Auditorium kampus International Islamic University Malaysia (IIUM).
Malaysia memiliki tokoh pembangunan seperti Dr. Mahathir Muhammad dan Tan Sri Sanusi Junid yang telah sukses membawa Malaysia sebagai Negara Muslim kearah yang lebih maju dan disegani di Asia Tenggara. Dengan pengalamannya tersebut, tokoh ini mempunyai hubungan kuat dengan Negara-negara Islam di Timur Tengah dan Asia Tenggara yang patut dipelajari dan dekati untuk menarik minat dana-dana investasi dari Negara Islam di Timur Tengah.
"Pemerintah Malaysia sekarang dalam amatan kami masih sangat kuat dipengaruhi oleh peran Dr. Mahathir dan Tan Sri Sanusi Junid yang merupakan putra Asli Aceh,” ungkap Presiden Terpilih Tanoh Rincong Student Association (TARSA), Muammar Khadafi pada Aceh Corner, Senin 7 Mei 2012.
Menurutnya, TARSA akan berperan menjalin kerjasama dengan tokoh-tokoh masayarakat Aceh di Malaysia dan juga mendukung serta mengawal kebijakan Pemerintah Aceh sesuai MoU Helsinki, dan UU Negara RI.
Dalam hal ini TARSA melihat kondisi yang berkembang di masyarakat Aceh masih ada kesenjangan yang lebar secara ekonomi, social yang telah menyebabkan menurunnya nilai-nilai spiritual dan akar budaya Aceh.
"Untuk itu kami sebagai organisasi Mahasiswa Aceh di Malaysia meminta Pemerintah Aceh untuk tetap meneruskan kebijakan pembangunan dengan peningkatan pendidikan, kesehatan, ekonomi rakyat Aceh secara transparan dan akuntable,” lanjutnya.
Dalam bidang ekonomi, kata Muammar, pemerintah hendaknya dapat menghidupkan lembaga keuangan mikro Islami di seluruh Aceh, disamping membangun infrastruktur lainnya. Hal ini, diutarakan Muammar guna mengurangi investasi bidang pertambangan dan meningkatkan investasi pertanian, perikanan, parawisata serta lainnya.
“Disinilah letak salah satu urgensinya membangun hubungan dengan Pemirintah Malaysia.”
Dalam Konggres X yang dibuka secara resmi oleh penasehat TARSA Dr. Hafas Furqani dan turut mengundang mahasiswa Aceh di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) Bangi, Universitas Malaya (UM) Petaling Jaya, Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Tanjung Malim, Perak dan sejumlah tokoh Aceh di Malaysia itu, juga merekomendasikan serta mendesak pemerintah Aceh agar tetap memperioritaskan pendidikan sebagai peningkatan mutu SDM Aceh untuk memberikan beasiswa kepada mahasiswa Aceh, yang sedang melanjutkan pendidikan di Malaysia dalam berbagai disiplin Ilmu tidak hanya dibidang Agama.
“Kami melihat pengiriman mahasiswa Aceh untuk belajar ekonomi, psychology, pendidikan ke Amerika, Taiwan, Australia kurang efektif dan tidak membumi. Perlu dipikirkan pengembangan ekonomi, pendidikan, psykologi yang berbasis Islam di Aceh dengan mengirim lebih banyak putra Aceh ke Kampus International Islamic University Malaysia (IIUM),” pungkasnya.[]