20 April 2012

AMIK Jabal Ghafur Kembali Memanas

Sigli – Kampus Akademi Manajemen Ilmu Komputer (AMIK) Jabal Ghafur, Keuniree, Sigli kembali memanas, Kamis 19 April 2012. Ratusan mahasiswanya kembali mengamuk dan membakar komputer dan kursi belajar.

[caption id="attachment_8839" align="alignleft" width="300" caption="Sejumlah fasilitas kampus AMIK dibakar mahasiswa di Sigli, Kamis (19/4) Foto : Muh"][/caption]

Pantauan Aceh Corner dilokasi kemarin, sekitar dua ratusan mahasiswa setempat memadati halaman kampusnya yang berada diseputaran jalan membakar fasilitas pendidikan seperti 2 unit komputer, 10 buah kursi dan UPS (pengatur aliran listrik) milik kampus swasta tersebut.

Koordinator Mahasiswa AMIK Jabal Ghafur, Erizal mengatakan kemelut yang terjadi antara mahasiswa dengan pengelola kampus dibiarkan berlarut tanpa ada tindakan apapun untuk mengakhiri konflik.

“Malah ketika mereka menjumpai Direktur AMIK (Mustafa Alibasyah), pada kamis (12/4) lalu, pemilik dan pengelola kampus buang badan,” jelasnya.

Erizal menjelaskan, mahasiswa pekan lalu pernah menjumpai direktur kampus AMIK Jabal Ghafur, Mustafa Alibasyah di Rumah Sakit Fakinah Banda Aceh. Namun, Mustafa Alibasyah pada saat itu mengatakan dirinya sudah mundur dari kampus dua tahun silam.

Setelah ditinggalkan Mustafa Alibasyah, sebutnya, kepemimpinan Jabal Ghafur dipimpin oleh pemilik AMIK, Hanif Basyah.

Kata Erizal, mereka juga sudah berusaha menemui Hanif Basyah di kediamannya, di Banda Aceh. Namun, upaya itu tidak berhasil karena Hanif tidak berada dirumahnya.

“Setelah menjumpai pak Mustafa, kami langsung menuju kediaman pak Hanif. Namun keluarganya mengatakan Ia nya tidak berada di rumah dan sedang berada di Singapura. Padahal, menurut informasi beliau ada di daerah Aceh,” terang Eriza.

Merasa tidak ada respon positif dalam penyelesaian sengketa tersebut, termasuk dari Pemkab Pidie, kemarahan mahasiswa AMIK akhirnya dilampiaskan dengan aksi anarkis dan membakar sejumlah fasilitas kampus tersebut.

“DPRK Pidie, komisi pendidikan sudah pernah berjanji untuk menyelesaikan sengketa ini usai Pilkada berlangsung. Namun, hingga sepekan ini permasalahan ini belum menemukan jalan keluar dan tidak ada perkembangan sama sekali,” ketusnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, sengketa mahasiswa AMIK dengan pihak pengelola kampus disebabkan tidak adanya kejelasan dari pengelola kampus. Menurut mereka ratusan mahasiswa tahun 2009-2011 tidak terdaftar di Kopertis. Mereka pernah mengancam akan menutup kampus jika semua administrasi dan hak mahasiswa tidak dipenuhi.

Dalam tuntutannya pada aksi-aksi sebelumnya, mahasiswa mengajukan sebelas poin kesalahan pengelola kampus AMIK yang dinilai merugikan pihaknya. Namun, masalah yang dianggap paling serius, terkait EPSBED (evaluasi program studi berbasis evaluasi diri) yang tidak dikirim ke Kopertis wilayah I Medan hingga kini. Mahasiswa hanya terdaftar nama sementara di kampus tersebut.[MRB]

Artikel Terkait