05 April 2012

IRI: Semua Kontestan Pilkada Harus Siap Kalah

Banda Aceh - Aktivis Independent Research Institute (IRI) Aceh, berharap semua kandidat yang bertarung dalam pilkada di Aceh agar benar-benar mempersiapkan diri dan para pendukungnya agar bisa menerima kekalahan, pascapencoblosan tanggal 9 April 2012 nanti.



[caption id="attachment_7121" align="alignleft" width="150" caption="Direktur IRI, Mulyadi Nurdin"][/caption]

"Ini perlu ditekankan sejak dini. Soalnya pilkada Aceh adalah yang terbesar dalam sejarah Indonesia. Kandidat bupati/wakil bupati dan wali kota/wakil wali kota saja mencapai 274 orang. Belum lagi 10 orang cagub/cawagub. Kami tidak bisa bayangkan apa yang akan terjadi kalau mereka tidak bisa mengendalikan para pendukungnya setelah pilkada nanti. Saya pikir ini benar-benar ujian nyata untuk keberlangsungan perdamaian Aceh,” kata Mulyadi Nurdin, Ketua IRI dalam siaran persnya, Rabu (4/4).

Pernyataan tersebut disampaikan Mulyadi Nurdin menyikapi maraknya laporan aksi kekerasan, teror, dan intimidasi selama masa kampanye. Seperti dirilis dua lembaga pemantau Pilkada Aceh, The Aceh Institute dan Forum LSM Aceh, Selasa (3/4), setidaknya tercatat 40 kasus kekerasan selama berlangsungnya masa kampanye, dua pekan terakhir.

Dari 40 kasus tersebut, 80 persen kasus kekerasan itu terjadi di bekas wilayah konflik, yaitu Kabupaten Pidie, Aceh Utara, Bireuen, Aceh Timur, Aceh Jaya, dan Kota Lhokseumawe. Ia menuturkan, mental siap menang dan kalah sangat penting untuk memastikan pemilu berjalan damai dan demokratis di Aceh.

“Kalau semua kandidat siap menang dan kalah, pilkada pasti akan berlangsung demokratis tanpa paksaan dan intimidasi dari calon manapun, sehingga rakyat dapat menyalurkan aspirasi sesuai hati nurani,” jelas Mulyadi Nurdin.

Selanjutnya Mulyadi Nurdin mendesak semua pihak supaya menjamin hak rakyat dalam memilih calon pemimpin secara jujur dan adil.  Katanya, semua pihak seperti panwaslu, kepolisian, LSM, serta masyarakat luas supaya sama-sama memantau proses pilkada ini, agar berlangsung jujur dan demokratis.

Sementara itu, rakyat Aceh sendiri dihimbau agar memilih calon kepala daerah sesuai dengan hati nurani dan tidak terpengaruh dengan paksaan dan intimidasi. “Kita harap masyarakat Aceh dapat memilih calon pemimpinnya secara jujur dan adil sesuai nurani, demi kebaikan masyarakat Aceh lima tahun ke depan,” ujarnya.

Mulyadi mengatakan hal yang penting untuk diingat, pilkada adalah pesta demokrasi rakyat. Makanya semua kandidat dan pendukungnya harus selalu mengutamakan kepentingan rakyat.

“Ini harus betul-betul diimplementasikan di lapangan, tidak hanya sekadar jargon saja,” demikian Mulyadi Nurdin.[]

Artikel Terkait