Banda Aceh – Selama masa kampanye pemilihan kepala daerah (Pilkada) Aceh, tensi kekerasan meningkat. Sedikitnya 40 kasus kekerasan terjadi di berbagai daerah, 80 persen terjadi di wilayah pesisir timur Aceh, seperti di Pidie, Lhokseumawe, Aceh Utara, dan Aceh Timur. Sedangkan untuk kawasan pesisir wilayah barat, paling banyak di Aceh Jaya.
Demikian disampaikan Irfandi, Ass- Program Manager Program EVER dari Forum LSM Aceh dalam konfrensi pers di Media Center KIP Aceh, Selasa (3/4).
Menurut Irfandi, dari hasil Analisis Forum LSM Dan Aceh Institute, ditemukan adanya korelasi antara tingkat kekerasan yang terjadi selama Pemilukada ini dengan tingkat kerawanan daerah tersebut pada masa konflik.
“Kita tahu bahwa kawasan Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur masuk kategori dengan tensi kekerasan yang tinggi pada masa konflik. Pada pemilukada ini pun wilayah tersebut sangat rawan dengan aksi kekerasan,” kata Irfandi,
Irfandi menambahkan, sebagian besar kasus kekerasan terjadi pada dini hari sehingga menyulitkan Panwas dan aparat keamanan mengidentifikasi para pelaku. Jumlah pelakunya juga tidak jelas. “Hampir semua tindak kekerasan selama kampanye terjadi dinihari, sehingga susah untuk di identifikasi,” jelas Fandi.
Terkait maraknya aksi kekerasan, tim pemantau The Aceh Institute dan Forum LSM Aceh menuntut para pihak yang berwenang untuk segera mengusut dan memberi tindakan tegas kepada para pelaku kekerasan yang mengganggu pelaksanaan Pemilukada di Aceh. []