01 April 2012

JMSP: Partisipasi Masyarakat Jelang Pilkada Tak Dihargai

Banda Aceh - Selama ini, partisipasi masyarakat masih sebatas mobilisasi dukungan menjelang pemilihan dan menyoblos pada hari pemilihan, tetapi masyarakat hampir tidak pernah dihargai paska kandidat terpilih menjadi gubernur/wagub dan bupati/wabup serta posisi lainnya.

“Khususnya pemilukada 2012 Aceh, masyarakat Aceh kembali dimanfaatkan untuk menentukan pilihan atas pemimpin baru 2012-2017,” ungkap Penanggung Jawab Jaringan Masyarakat Sipil untuk Perdamaian (JMSP), Juanda Djamal, Sabtu (31/3).

Menurutnya, sejauh ini masyarakat di mobilisasi untuk menghadiri berbagai kampanye dengan harapan dapat memahami program yang akan dikerjakan oleh kandidat setelah terpilih. Tetapi tidak sedikit masyarakat menjadi korban dalam perjalanan menuju tempat kampanye atau saat kembali ke rumah. Kemudian, lanjut Juanda, masyarakat sudah mulai mendapatkan berbagai teror dan ancaman untuk memilih kandidat-kandidat tertentu dari kelompok pendukungnya.

“Keadaan politik yang diselimuti oleh tindakan-tindakan intimidatif merupakan kebalikan dari semangat yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri,” lanjutnya.

Masyarakat memiliki kekuatan politik atas suaranya untuk memilih kandidat yang menurut mereka dapat memperjuangkan hak-hak masyarakat, melaksanakan pembangunan yang mensejahterakan masyarakat dan membangun peradaban baru Aceh yang jauh daripada kekerasan.

Sebagai bagian dari masyarakat umum, sebut Juanda, JMSP menginisiasi untuk merespon berbagai tindakan kekerasan menjelang pemilukada dengan melakukan beberapa kegiatan.

“Kegiatan itu seperti pemantauan proses pemilukada, kajian atas situasi dan peristiwa yang terjadi selama penyelenggaraan pemilukada, menumbuhkan interaksi multikultural dan etnis, dan membangun komitmen masyarakat menciptakan pemilu yang demokratis dan mensejahterakan.”[]

Artikel Terkait